Monday, May 9, 2011

Live in eternity

Kadang, orang bersedih terlalu lama saat orang yang dikasihinya meninggalkan dunia ini. Padahal, kenapa harus sedih sih? Bukannya itu tanda bahwa penderitaan orang itu di dunia sudah berakhir? Dan digantikan dengan kehidupan kekal yang tidak ada kesusahan lagi?

Seorang guru gue baru saja dipanggil Tuhan sekitar jam 11 malam tanggal 8 May 2011. Guru yang pintar, tidak munafik, tidak perfeksionis, mau mengakui kesalahannya. Guru yang sejujurnya sudah jarang gue temukan sekarang. Sempat terlintas di otak gue, "kenapa musti dia sih? kenapa ga yang laen aja?"

Sesaat setelah gue berpikiran seperti itu , gue segera meminta ampun kepada Tuhan, karena tau, apa yang gue ucapin sungguh tidak etis. Kenapa gue malah mengharapkan orang lain yang meninggal?

Karena, gue sayang guru ini, jujur. Bahkan gue sampai mengeluarkan air mata untuk guru ini. Dia benar-benar berjasa untuk tahun ke3 gue di SMA ini. Kalau gak ada dia, mungkin geografi gue bakalan hancur di UN. Dia benar-benar pintar.

Gue juga gak tau nasib adik kelas gue bakalan seperti apa nantinya, dibimbing oleh guru lain yang geografi nya pasti tidak akan sepandai guru ini.
*maaf pak, arus laut sampai sekarang saya masih ga afal. Arus dingin dimana, dan arus arus lainnya.

Yang jelas, gue tau sekarang, orang yang baik, pasti tidak akan lama harus menderita di dunia ini.

Tuhan terlalu sayang sama orang-orang seperti ini, untuk dibiarkan lama hidup menderita.

Thank God, you're now in a better place, dear Mr. Ronald Pakpahan.

3 comments:

Marga said...

"Tuhan terlalu sayang sama orang-orang seperti ini, untuk dibiarkan lama hidup menderita."

iya pasti udah bahagia sekarang.. kita lulus semua, khususnya ips :')

*sungguh terharu von bacanya*

Hania said...

vonny sedih men gua :(

Vonny Kurniawan said...

He's now in a better place :)